Tradisional
– Tradisi – Arsitektur Tradisional
Kata
tradisi berasal dari bahasa Latin traditionem, dari traditio yang berarti
"serah terima, memberikan, estafet", dan digunakan dalam berbagai
cara berupa kepercayaan atau kebiasaan yang diajarkan atau ditularkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya, biasanya disampaikan secara lisan dan turun
temurun. Sebagai contoh adalah tradisi kegiatan masyarakat di Indonesia saat
perayaan peringatan hari kemerdekaan RI di setiap tanggal 17 Agustus.
Masyarakat Indonesia kerap menyelenggarakan perlombaan-perlombaan, tumpengan
dan berbagai kegiatan unik lainnya. Kegiatan semacam ini tidak diketahui kapan dimulainya
dan siapa yang memulainya. Namun demikian, kegiatan ini telah berlangsung sekian
lama secara berulang-ulang sehingga masyarakat menjadikan kegiatan tersebut
perlu dan harus dilakukan. Inilah yang bisa disebut sebagai tradisi. Demikian
pula kegiatan-kegiatan yang mengatasnamakan aktivitas-aktivitas keagamaan.
Tradisi adalah sebuah praktek, kebiasaan, atau cerita
yang dihafalkan dan diwariskan dari generasi ke generasi, awalnya tanpa
memerlukan sebuah sistem tulisan. Tradisi sering dianggap menjadi kuno;
dianggap sangat penting untuk dijaga. Namun demikian ada juga beberapa tradisi
yang memang sengaja diciptakan demi mencapai tujuan-tujuan tertentu; sebagai
alat untuk memperkuat kepentingan atas kalangan tertentu dan lain sebagainya. Tradisi
semacam itu ternyata dapat diubah sesuai dengan kebutuhan saat itu dan
perubahan itu masih bisa diterima sebagai bagian dari tradisi kuno. Sebagai
contoh yang termasuk "penemuan tradisi" di Indonesia adalah pada masa
pendudukan kolonial Belanda, mereka membutuhkan pengakuan kekuasaan di wilayah
mereka berada sehingga usaha terbaik yang harus mereka lakukan adalah dengan menciptakan
sebuah "tradisi" yang bisa mereka gunakan sebagai alat untuk
melegitimasikan posisi mereka sendiri. Dalam hal ini mereka memanfaatkan
keberadaan seorang raja sebagai alat untuk mempersatukan rakyat dibawahnya agar
tetap loyal dan hormat pada sang raja sehingga mudah dikendalikan oleh sang
raja dan tentu saja oleh pendudukan kolonial yang menguasai sang raja. Dengan demikian
kekuasaan kolonial secara tidak langsung akan menyerap ke dalam tradisi rakyat
setempat.
Dalam tataran teoritis, tradisi dapat dipandang
sebagai informasi atau terdiri atas informasi. Informasi yang dibawa dari masa
lalu ke masa kini dan dalam konteks sosial tertentu. Sehingga informasi ini
bisa dianggap sebagai bagian yang paling mendasar meski secara fisik ada
tindakantindakan atau aktifitas tertentu yang secara terus menerus juga
dilakukan pengulangan-pengulangan sepanjang waktu. Dengan demikian Tradisi
adalah sebuah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus atau sebuah
kebudayaan atau sebuah hasil karya yang dianggap berhasil dan memiliki legitimasi
dalam kurun waktu yang cukup panjang dan bahkan sangat panjang (lama) yang
diikuti oleh generasi generasi berikutnya secara turun temurun.
Vernakular – Arsitektur Vernakular
Menurut
Yulianto Sumalyo (1993), vernacular adalah bahasa setempat, dalam arsitektur
istilah ini untuk menyebut bentuk-bentuk yang menerapkan unsur-unsur budaya,
lingkungan termasuk iklim 594 ComTech Vol.2 No. 2 Desember 2011: 592-602 setempat,
diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, struktur,
detail-detail bagian, ornamen, dll).
Sementara definisi arsitektur vernakular menurut
Paul Oliver dalam Encyclopedia of Vernacular Architecture of the World adalah
terdiri dari rumah-rumah rakyat dan bangunan lain, yang terkait dengan
konteks lingkungan mereka dan sumber daya tersedia yang dimiliki atau dibangun,
menggunakan teknologi tradisional. Semua bentuk arsitektur vernakular
dibangun untuk memenuhi kebutuhan spesifik untuk mengakomodasi
nilai-nilai, ekonomi dan cara hidup budaya yang berkembang.
Arsitektur Tradisional
Arsitektur
tradisional adalah suatu bangunan yang bentuk,struktur ,fungsi,ragam hias
dan cara pembuatannya diwariskan secara turun temurun serta dapat di pakai
untuk melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya. Dalam rumusan
arsitektur dilihat sebagai suatu bangunan, yang selanjutnya dapat berarti
sebagai suatu yang aman dari pengaruh alam seperti hujan, panas dan lain
sebagainya. Suatu bangunan sebagai suatu hasil ciptaan manusia agar terlindung
dari pengaruh alam, dapatlah dilihat beberapa komponen yang menjadikan bangunan
itu sebagai tempat untuk dapat melakukan aktivitas kehidupan dengan
sebaik-baiknya. Adapun komponen-komponen tersebut adalah : bentuk, struktur ,
fungsi, ragam hias serta cara pembuatan yang diwariskan secara turun temurun.
Selain komponen tersebut yang merupakan faktor utama untuk melihat suatu
arsitektur tradisional, maka dalam inventarisasi dan dokumentasi ini hendaknya
setiap bangunan itu harus merupakan tempat yang dapat dipakai untuk melakukan
aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya. Dengan memberikan pengertian ini,
maka arsitektur tradisional dapat pula dikategorikan berdasarkan kepada
aktivitas yang ditampungnya.
Rumah Adat
Maluku Utara
Rumah Baileo adalah rumah adat Maluku dan Maluku Utara,
Indonesia
Rumah Baileo merupakan representasi kebudayaan Maluku dan memiliki fungsi yang
sangat penting bagi kehidupan masyarakat Rumah Baileo adalah identitas setiap
negeri di Maluku selain Masjid atau Gereja Baileo berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda
suci, tempat upacara adat, sekaligus
sebagai balai warga Ciri utama rumah Baileo adalah ukurannya besar, dan
memiliki bentuk yang berbeda jika dibandingkan dengan rumah-rumah lain di
sekitarnya
Fungsi
Salah
satu fungsi rumah adat Baileo adalah tempat untuk berkumpul seluruh warga. Perkumpulan
warga di rumah adat Baileo merupakan aktivitas yang dilakukan dalam rangka
mendiskusikan permasalahn-permasalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat
setempat. Selain itu, tempat ini memiliki fungsi lain yaitu tempat untuk
menyimpan benda-benda keramat, tempat upacara adat dan sekaligus tempat untuk
bermusyawarah.
Simbol
Ada
beberapa simbol yang memberikan ciri bahwa itu adalah Rumah adat Balieo.
Pertama, Batu Pamali. Pada rumah adat Baileo posisi batu pamali berada di
depan pintu tepat dimuka pintu rumah Balieo. Keberadaan batu pamali di muka
pintu menunjukan bahwa rumah itu adalah balai adat. Batu pamalai adalah tempat
untuk menyimpan sesaji. Selain itu, balai adat ini merupakan bangunan induk
anjungan. Tiang-tiang yang menyangga rumah berjumlah sembilan yang berada di
bagian depan dan belakang juga lima tiang di sisi kanan dan kiri merupakan
lambang Siwa Lima. Siwa Lima adalah simbol persekutuan desa-desa di Maluku dari
kelompok Siwa dan Kelompok Lima. Siwa Lima memiliki arti kita semua
punya.
Konstruksi
Rumah
adat Baileo merupakan rumah panggung. Posisi lantai berada diatas permukaan
tanah. Baileo tidak berdinding hal itu dilakukan merujuk kepada kepercayaan
masyarakat setempat yang meyakini bahwa dengan tidak adanya jendela rumah adat
Baileo maka roh-roh nenek moyang bebas untuk masuk atau keluar ke rumah Baileo.
Hal yang lebih penting adalah dengan tidak adanya jendela maka saat
bermusyawarah masyarakat yang melihat dari luar Baileo akan lebih mudah
melihat. Lantai balai yang tinggi memiliki arti yaitu agar roh-roh nenek moyang
memiliki tempat dan derajat yang tinggi dari tempat berdirinya masyarakat.
Selain itu, masyarakat akan mengetahui bahwa permusyawaratan berlangsung dari
luar ke dalam dan dari bawah ke atas. Pamali sebagai tempat persembahan dan
bilik pamali sebagai tempat penyimpanan atau tempat meletakan barang-barang
keramat masyarakat setempat berada di dekat pintu masuk rumah adat Baileo.
Rumah Baileo |
Konstruksi dan Ruang Rumah Baileo |
Fasad Rumah Baileo |
Ukiran
Pada
rumah adat Baileo terdapat banyak ukiran-ukiran bergambar dua ekor ayam
berhadapan dan diapit oleh dua ekor anjing di sebelah kiri kanan. Posisi ukiran
ini berada di ambang pintu. Ukiran tersebut mempunyai arti dan perlambang
tentang kedamaian dan kemakmuran. Hal itu terjadi karena rog nenek moya yang
menjaga masyarakat Maluku. Ukiran lainnya adalah bulan, bintang dan matahari
yang berada di atap dengan warna merah-kuning dan hitam. ukiran tersebut
melambangkan kesiapan balai adat dalam menjaga keutuhan adat beserta hukum
adatnya.
Budaya
Provinsi Maluku Utara, masyarakat di sini multietnik
terdiri dari 28 sub etnis dengan 29 bahasa lokal. Maluku Utara didominasi oleh
Muslim. Ternate dan Tidore telah dikunjungi para pedagang dari berbagai negara
sejak abad ke-16.Bangsa-bangsa Eropa memburu rempah-rempah yang berharga saat
itu dan berupaya memonopolinya. Saat ini Rempah rempah ini masih dianggap
berharga tapi tidak seberharga seperti sebelumnya. Pala dan cengkeh berlimpah
di sini yang digunakan sebagai bumbu masakan dan permen, juga Peninggalan-peninggalan
sejarah masa silam antara lain Kadaton Sultan Ternate dan Kadaton Sultan
Tidore. Anda dapat melihat warisan kekayaan budaya dan sejarahnya di museum dan
kedaton. Anda dapat mengunjungi bangunan yang fantastis yaitu Masjid Sultan
yang berbentuk piramida, masjid ini terletak di sebelah selatan istana di
Ternate.
Corak kehidupan sosial
budaya masyarakat di provinsi Maluku Utara secara umumm sangat tipikal yaitu
perkawinan antara ciri budaya lokal Maluku Utara dan budaya Islam yang dianut empat
kesultanan Islam di Maluku Utara pada masa lalu. Kehidupan masyarakat Maluku
Utara dipengaruhi oleh kondisi wilayahnya yang terdiri dari laut dan kepulauan,
perbukitan, dan hutan-hutan tropis. Desa-desa di Maluku Utara umumnya terletak
di pesisir pantai dan sebagian besar lainnya berada di pulau-pulau kecil. Oleh
sebab itu, pola kehidupan seperti menangkap ikan, berburu, bercocok tanaman,
dan berdagang masih sangat mewarnai dinamika kehidupan sosial-ekonomi masyarakat
Maluku Utara. Di kalangan masyarakat Maluku Utara, semboyan yang sekarang yang
menjadi motto pemerintah Provinsi Maluku Utara, yakni Marimoi Ngone Futura
Masidika Ngone Foruru (Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh), adalah ajakan
ke arah solidaritas dan partisipasi. Potensi kultural ini merupakan modal pembangunan
yang paling berharga untuk dikembangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar